"Nak, kamu tetap harus nunggu temenin bapak di RS ya bagaimanapun caranya"
Pesan sang ibu yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah bersama anak sulung, menantu dan cucu-cucunya di rumah, kepada si bungsu.
"Iya, bu" jawab si bungsu dengan menahan sedih karena ia tahu pasti hal tersebut sulit untuk dilakukan mengingat sang bapak saat ini sedang terbaring di ruang ICU isolasi.
Akhirnya setiap hari si bungsu tetap datang ke RS untuk 'menemani' sang bapak yang sedang berjuang dengan entah berapa selang, kabel dan alat yang terpasang di tubuhnya. Si bungsu hanya menunggu di lobby RS berharap ayahnya bisa merasakan kedatangannya dan akan ada kabar baik yang ia bawa pulang hari ini. Ia duduk menunggu sambil terus menatap layar gawainya menunggu pesan kabar harian dari RS mengenai kondisi sang bapak. Dengan penuh rasa khawatir dan cemas, si bungsu tetap yakin berdoa bahwa Allah punya rencana paling baik untuk bapak dan semua anggota keluarganya. Setiap sebelum pulang dari RS untuk kembali bekerja, si bungsu pamit "Saya pulang dulu ya pak, besok datang lagi. Bapak semangat."
Sore hari saat tiba di rumah, si bungsu selalu menyampaikan kabar tentang kondisi sang bapak yang ia dapat dari RS kepada sang ibu. Mendengar kondisi bapak yang berangsur menurun, kondisi sang ibu pun ikut menurun. Sore itu juga sang bungsu mengirimkan pesan ke RS meminta agar diberikan kesempatan video call dengan sang ayah untuk mengobati rindu keluarga terutama sang ibu.
"Bapak bisa pak pasti bisa, ayo sembuh, semua keluarga di rumah doain ini nunggu bapak pulang. Yuk pak yuk kan biasanya bapak juga selalu kuat. Bangun yuk pak yuk ini ibu nunggu di rumah. Doa terus ya pak dzikir minta sama Allah". Hanya kalimat itu yang terulang selama video call dengan diselingi isak tangis. Sang ibu tahu bahwa di balik layar sana sang bapak tidak bisa menjawab dan merespon perkataan dan doanya, tapi ia tidak pernah putus harap.
Pagi ini, seperti pagi pagi sebelumnya, si bungsu kembali datang untuk menemani bapak. Hari ini si bungsu memiliki janji untuk bertemu pihak RS untuk menanyakan semua kabar tentang bapak yang masih berjuang di atas tempat tidurnya. Di pertemuan itu, dengan penuh harap si bungsu menyampaikan semoga di hari jumat pada bulan penuh keberkahan ini, akan ada kabar perbaikan dari sang bapak yang dapat ia bawa pulang untuk disampaikan kepada sang ibu di rumah. "Terima kasih dok, sus, bu atas semua yang telah diusahakan dan diberikan kepada bapak saya. Saya mohon berikan yang terbaik. Semoga ada mukjizat untuk bapak saya" pesan si bungsu di akhir pertemuan itu. Ia pulang dari RS dengan penuh doa, penuh harap, namun ia paham seperti apa kondisi bapak saat ini.
Sang bapak sudah berjuang maksimal semampu yang ia bisa. Tapi semua tahu bahwa ada yang lebih berkehendak. Sang pencipta lebih sayang sang bapak. Sang pencipta punya rencana paling baik untuk sang bapak, ibu, si bungsu dan seluruh keluarganya.
Di tengah malam itu, sang bapak berpulang.
Pagi berikutnya, si bungsu tetap datang. Kali ini untuk menemani bapak berpulang ke tempat peristirahatan terakhirnya.
"Yang tenang ya pak. InsyaAllah tempat bapak di surga."