7 September 2016

Impulsively Sawarna 2016


Berawal dari isu random yang muncul di Grup Line Petualang Vol-D, kita berencana jalan-jalan ke Baduy Dalam di akhir Bulan September setelah masa ujian selesai. Setelah beberapa hari di grup tidak terdengar kabar apa pun, di hari terakhir beres ujian tetiba di invite ke multiple chat ber-4 isinya Teh Dita, Dinan, Asya dan Saya sendiri, itu adalah multiple chat personil fix jalan-jalan post ujian. 
Sebenernya jalan-jalan yang ini poorly-planned banget, engga kaya liburan-liburan saya sebelumnya, karena yang ini ngga ada itinerary, engga bagi tugas, engga ada what-to-bring list dan rencana apapun di awal, kita cuma percaya kalo nanti akan ada seorang teman nya teman yang nemenin kita dan memandu untuk sampai kesana, dan yang paling penting our main goal is : Yang Penting Liburan :)

31 Agustus 2016
Pagi-pagi, sesuai dengan rencana awal kita semua kumpul di Stasiun Tanah Abang jam 07.00. Sambil menunggu kereta yang jalan jam 08.00, kita duduk duduk di Roti O dulu sekalian nemenin Teh Dita sarapan. Kita naik Kereta Ekonomi jurusan Tanah Abang-Rangkasbitung dengan harga tiket hanya Rp 5000,- sajaa, dan menurut saya cukup nyaman sih untuk harga sekian dengan jarak sekian karena udah AC dan ada nomer tempat duduknya. Banyak pengguna kereta yang mungkin udah terbiasa duduk random di kursi kosong terdekat yang dia lihat atau yang menurut dia nyaman jadi pas kita masuk tempat asli kita udah di tempatin, karena engga mau merusuh tempat duduk orang lain juga jadinya Teh Dita negur orang itu dan kita jadi duduk di tempat yang sesuai tiket kita.
Perjalanan Tanah Abang-Rangkasbitung via kereta menghabiskan sekitar 1.5 jam. Begitu sampai, sambil menunggu kabar yang tetiba hilang dari teman nya teman yang akan menemani kita ke Baduy, kita keluar stasiun dan makan Bakso yang menurut rekomendasi cukup enak. Karena setelahnya masih belum ada kabar akhirnya kita balik nunggu di Stasiun. Setelah menghubungi koneksi teh Dita yang lainnya kesana kemari akhirnya datanglah sosok Savior jalan-jalan kita, Ka Ena. Karena tujuan awal kita ke Baduy, dan Ka Ena baru pernah sekali kesana, jadinya dia nelfon kesana kesini mencari orang yang bisa nemenin ke Baduy atau kontak orang Baduy yang dia punya. Setelah menghubung sekitar 58 orang (berlebihan), kita masih belum menemukan juga orang yang bisa anter ke baduy. Dan teman nya teman yang di awal janji mau anter juga masih belum bisa dihubungi. Ditengah-tengah kebingungan dan keterlantaran, muncul ide out of nowhere
"Apa kita ke Sawana aja sambil nunggu orang yang bisa anter ngabarin lagi ?"
Jeng jeng! Kita ber-4 kebetulan bisa bisa aja dan ga masalah sama si ide random tersebut. Fix ? yaak fix tujuan pindah ke Pantai Sawarna, Lebak, Banten. Ka Ena langsung cari kontak sewa mobil yang bisa dipake, begitu ada balesan kalo ada mobil yang bisa kita pake, maka perubahan tujuan wisata sudah resmi dinyatakan. Ka Ena habis itu balik lagi kerja dan kita ber 4 keliling Rangkas.

Ngampar Girls 
Teh Dita sambil nelfon-nelfon kenalan nya yang lain

First and only one destination Tour de Rangkas nya adalah Masjid Agung Rangkas (Masjid Al-Araaf) dan Alun-Alun Rangkasbitung. Sesampainya di Masjid, kita sholat dzuhur habis itu numpang boci sampai Ashar di selasar masjidnya. Habis sholat kita keluar masjid buat cari makan. Di sekitar situ banyak sih jenis makanan tapi masih belum pada buka karena masih awal sore. Kita akhirnya beli gorengan dan Sate Ayam. Habis itu jalan jalan deeh liat kegiatan warga rangkas di sekitar alun-alun. Kalo udah lebih sore alun-alun rangkas banyak tukang jualan mainan, sendal, makanan dan barang-barang random lain, ada juga tempat sewa mobil-mobilan, sepeda sama sepeda motor listrik. Selain jualan banyak juga yang olah raga seperti sepak bola, taekwondo atau sekedar jogging di track jogging sekeliling alun-alun. Oh iya! Di pinggir taman juga ada susunan batu-batu refleksi juga lho. Setelah merasa puas keliling, waktu langit udah keliatan agak gelap, kita balik ke masjid (lagi) untuk sholat maghrib dan isya sekalian cuci-cuci karena udah merasa lengket dan hinyai.

Makan sore sate ayam rangkasbitung

Alun-alun rangkasbitung di sore hari
Selesai sholat isya, ternyata ka Ena juga udah di alun-alun meskipun mobil nya belum ada, cenah engga enak menelantarkan anak orang hahaha padahal kita nya fine fine aja. Akhirnya kita muter muter lagi cari cemilan di sekitar alun-alun (lagi), ngobrol-ngobrol sampe mobil sewaannya udah bisa dipakai. Begitu mobil datang, kita langsung caw ke malingping yang jaraknya lumayan dari rangkas.

Alun-alun rangkasbitung di malam hari

+ Ka Ena
Plan nya adalah : Rangkas --> Malingping (bermalam di rumah Ka Ena) --> Bada Subuh baru otw ke Sawarna. 

Dengan jalan yang relatif sepi dan ditemani banyak mobil truk truk besar, akhirnya kita sampai di rumah Ka Ena dalam waktu kurang lebih 2.5 jam, itu kecepatan rata-rata 60-70 km/jam dan kondisi jalan yang bisa dibilang bagus meskipun sedikit berliku-liku. Setelah izin dan sedikit ngobrol sama Ibu nya Ka Ena, akhirnya kita tidur, pulas.

1 September 2016
Yak sebulan sudah perjalanan kita menuntut ilmu di Banten. Niat awal nya adalah hari ini bangun lebih pagi terus bada subuh langsung caw sawarna dengan tujuan liat Sunrise. Apa daya tangan tak sampai, karena baru tidur jam 1 atau 2 an, akhirnya baru bangun subuh jam 5, beserta lalila lalilu jadinya baru keluar rumah Ka Ena jam 6 an, Matahari nya rise already. Angin, kabut, dan udara pagi nya masih kerasa, jadinya kita buka jendela mobil, dan..... jadi ngantuk tertiup semilir angin. Sebelum pergi kita sebenernya udah minum teh hangat dan makan singkong goreng yang disediain sama ibu nya Ka Ena, tapi karena masih laper, jadi kita berenti dulu begitu di tengah jalan ketemu warung makan yang jual nasi kuning untuk sarapan. 
Belum lama kita melanjutkan perjalanan, kita udah disuguhi pemandangan pantai sepanjang jalan di sisi kanan kita, dan pemandangan sawah di sisi lainnya. Kita sempet berenti buat liat pemandangan dan foto-foto.

Foto di salah satu pinggir jalan tempat kita berenti

Selanjutnya kita berenti lagi dan turun di suatu tempat yang kata Ka Ena namanya Pantai Pasir Putih. Jalan menuju kesana kita perlu lewat sawah sawah, semacam isolated beach. Pas sampe ke pantainya ternyata bagussh, ada batu yang membentuk terowongan. Kita cukup lama di pantai yang ini untuk liat pemandangan dan foto-foto. Ombak nya bisa dibilang cukup besar.



Semuanya liat ke bawah busy checking ombak yang suka tetiba besar
Setelah sekitar 1.5 jam perjalanan dari Malingping + berenti dan foto-foto nya, akhirnya kita sampai di Pantai Sawarna kyaaa. Untuk sampai ke sawarna nya banget, mobil harus di parkir di jalan besar terus dilanjutkan dengan jalan kaki. Ohiya untuk masuk ke sini dikenakan tiket seharga Rp 5000,00. Di awal perjalanan kita lewat jembatan gantung dan lewat semacam perumahan warga yang banyak penginapan nya, terus lewat jalan paving block setapak yang lumayan jauh untuk sampai ke bibir pantai nya. Sebenernya di sepanjang pinggir jalan paving block itu juga pesisir pantai sih, tapi kita tujuan utamanya ke Pantai Tanjung Layar karena kata orang belum ke Sawarna kalo belum ke Tanjung Layar. Setelah jalan kaki panas-panas (iya atuh panas, da pantai namanya ge), selama lupa berapa lama, akhirnya kita sampaai juga alhamdulillaah. Karena kita weekday dan emang bukan masa liburan jadinya sepi yeaay
Jadi, kalo kata internet, Ka Ena dan ibu warga dan penjual di sekitar tanjung layar, Sawarna itu terdiri dari banyak pantai kaya contohnya si Pantai Tanjung Layar ini, Lagoon Pari, Karang Taraje, dan pantai-pantai lainnya. Icon dari Pantai Tanjung Layar yang kita kunjungi ini adalah dua batu besar dengan karang tinggi yang memanjang di pinggir-pinggir nya. Dulu orang boleh naik ke sela-sela 2 batu iu, tapi katanya karena sifat batunya not that strong jadi takutnya nanti bisa tetiba runtuh jadi semakin kesini jadi gaboleh naik. Kita juga sebenernya bisa foto deket si 2 baru itu, tapi karena laut lagi pasang jadi kita cuma foto dari jauh aja.

Those batu icon Pantai Tanjung Layar and our silau faces



Setelah puas liat pemandangan, berkontemplasi (deuh), bobo bobo, istirahat dan foto-foto di Tanjung Layar, kita melanjutkan pulang dan pergi ke tujuan berikutnya. Di jalan balik, rather than jalan lewat paving block, kita pilih jalan menyusuri pesisir pantai. Kita engga nyesel pilih jalan pulang lewat situ karena surprisingly banyak spot cantik untuk dinikmati dan untuk foto-foto. Tapi pesisir nya engga sampe ujung, jadi ada fase kita balik lagi ke jalan setapak tadi. Dengan keringat yang bercucuran (dramatisasi) akhirnya kita sampai ke parkiraan.

Hampir selalu spot bagus definisi kita adalah : batang pohon
Another batang pohon
Chill~


Plan berikutnya adalah : sholat di masjid yang ditemui di jalan --> makan di pantai daerah Bayah --> Balik ke rumah ka Ena di Malingping --> Rangkasbitung

Karena tetiba merasa kalo makan di pantai ribet, jadinya kita berenti makan di warung makan habis itu baru ke pantai. Pantai di sekitar Bayah juga banyak dan berjajar, tapi kata Ka Ena yang recommended adalah Pantai Binuangeun, kita percaya sama rekomendasi nya dan setujuu untuk kesana. Kalo untuk pantai yang ini tidak di kenakan biaya apapun. Bagusss pemandangannya kaya pantai banget karena banyak pohon kelapa yang berjajar rapih dan bawahnya rumput gitu teduh. Kita menghabiskan waktu disana duduk-duduk dan foto-foto sampe baterai kamera Dinan habis. Setelah puas kita menikmati pantai di Binuangeun, kita balik lagi ke rumah Ka Ena karena kata Ka Ena ada barang yang perlu diambil, dan sekalian numpang mandi juga, + searah sama jalan balik ke Rangkas.

Ada tempat kaya gini di tengah jalan pulang dari Sawarna, bagus kan MasyaAllah
Ini di Binuangeun

Spot 4 teletubbies

Please don't mind our 'yearbook photo' pose

Begitu sampai Rangkas, kita udah ditunggu sama Ka Rela & Ka Boim, temen temen dari Relasi Anak yang dikenalin via Ka Ena dan akhirnya janjian ketemuan. Agenda nya adalah bahas rencana kegiatan Vol-D yang bisa gabung sama temen temen Relasi Anak. Rencana nya mau di kemas dalam bentuk Sociotraveler gitu, semoga terlaksana ya kedepannya insyaAllah. Semangat Nan! Semangat Vol-D! Di akhir pembicaraan sekalian nanya kita boleh bermalam di Rumah Ka Rela apa engga, meskipun baru kenal Ka Rela dengan senang hati menampung tapi rumahnya bisa dibilang ga terlalu deket dari stasiun. Karena kita plan naik kereta jam 6 pagi besok nya, ka Rela menawarkan kita tidur di sekre gitu yang jaraknya bisa dengan jalan kaki untuk sampai ke stasiun, dan kita langsung mengiyakan. Seneng deh, enak ya punya banyak jejaring gitu apalagi isinya orang-orang baik yang baru kenal langsung nawarin ini itu. Semoga Yolanda semakin kesini interpersonalnya semakin baik ya biar bisa punya banyak jejaring.

2 September 2016
Setelah tidur nyenyak di sekre, paginya kita bangun awal karena plan naik kereta jam 6 dari stasiun rangkas. Dari sekre ke Stasiun Rangkas bisa ditempuh dalam hanya 15-20 menit saja dengan jalan kaki. Sepanjang jalan kesana masih cenderung sepi gitu jadi enak suasana nya untuk jalan kaki, dan mulai ramai saat mendekati stasiun karena memang ada pasar disana. Setelah beli tiket, kita langsung masuk ke kereta yang ternyata masih sepi juga. Saya dan Dinan menghabiskan sebagian besar waktu perjalanan ke Stasiun Tanah Abang dengan tidur, begitu bangun tiba tiba sudah sampai he enak nyaa.
Setelah kereta sampai di Stasiun Tanah Abang, menandakan waktunya teletubbies berpisah dan trip impulsif ini berakhir. Teh Dita dan Dinan jalan kaki ke tempat naik Bis arah ke rumah Dinan, Saya dan Asya stay sebentar di deket stasiun untuk nunggu gojek. 

Whaa happy begitu sampai di rumah dan bisa meluruskan badan, dan happy banget juga sama perjalanan ini. Banyak pelajaran yang bisa di ambil, dan untuk saya pribadi, yang selama ini agak cuek dan memang merasa kesulitan untuk start conversation sama orang baru, bahwa networking itu sangat sangat sangat penting dan perlu banget terus belajar dan cari pengalaman untuk memperluas si jejaring itu. Perjalanan ini supported by orang orang baik di lingkup networking nya Teh Dita yang merupakan bagian dari Indonesia Mengajar.
Credits to Dinan sebagai yang awal mula melempar isu jalan-jalan di Grup Line Petualang Vol-D dan kamera beserta skill foto nya, Teh Dita dengan semua kontak jejaringnya yang bikin kita survive di banten, Asya yang udah super mobile dr Bandung-Tasik-Bandung-Jakarta-Banten untuk ikut jalan-jalan ini, Ka Ena (dan keluarga) yang sampe izin kerja dan bersedia di repotin baik fisik dan psikis dan meluangkan space di rumahnya untuk ditempati, Ka Rela dan Ka Boim yang meluangkan waktu pulang kerja malem-malem nya untuk ketemu, bayarin makan diam-diam dan menyediakan sekre untuk kita bermalam, dan semua orang yang membantu jalannya trip ini yang gabisa di sebutkan satu per satu. Haturnuhun pisan teman-teman.
Yuk Baduy Dalam yuk masih penasaran. Yuk Papandayan, Kapan ? :)