3 July 2012

Burlian [Part II]


....”Kau tahu Burlian ? Dialah yang mengalahkan raja-raja hebat dunia. Menggerus gunung menjadi rata. Membuat daratan menjadi lautan. Dialah sang waktu.”

Aku menatap Wak Yati tidak mengerti satu potong pun kalimatnya.
Wak Yati berbaik hati menjelaskan : “Schat, tidak peduli seberapa berkuasa seorang raja, seberapa luas kerajaannya, waktu tetap akan membunuhnya. Tentu saja tidak dalam artian harfiah dibunuh langsung. Lihatlah, Majapahit, Sriwijaya, Samudera Pasai, kau pasti pernah belajar soal kerajaan itu di sekolahan, bukan ?"

“Juga jutaan tahun umur dunia berlalu, banyak gunung-gunung tinggi yang berubah jadi rata, entah karena itu meletus atau sebab alamiah lain. Jutaan tahun terlewati, juga banyak daratn yang perlahan berubah jadi lautan dan sebaliknya lautan berubah kembal menjadi daratan. Sang waktulah yang menjadi saksi semua proses itu. Sang waktu yang tidak pernah tua, berhenti atau berubah. Nooit verloren..tidak pernah kalah dari apapun”
....
“Nah, sang waktu juga yang akan membuat kau mengerti, Burlian. Suatu saat kelak. Sepanjang kau senatiasa memeberikannya kesempatan untuk menjalankan perannya. Ah Bapak, Mamak kau benar. Kau memang berbeda dibanding anak-anak kampung lain. Je bent speciaal. Kau selalu saja banyak bertanya-tanya.” Wak Yati tertawa renyah menatap raut wajah nyengirku, mengusap lembut rambutku.

Burlian (Serial anak-anak mamak ) oleh Tere-Liye

Burlian [Part 1]


“Sekolah itu seperti menanam pohon, Burlian, Pukat” Bapak tersenyum
Kami diam tidak berkomentar. Belum terlalu mengerti apa maksud Bapak.
......

“Bapak sengaja mengajak kalian, karena hari ini kita memang akan menanam pohon sengon. Ini kebun milik kalian, Burlian, Pukat. Dan besok lusa pohon-pohon sengin ini juga akan jadi milik kalian... Kalian lihat, Bapak sengaja tidak mengurus kebun ini lagi, membiarkan semak belukar tumbuh, karena duapuluh tahun lagi, di sela-sela semak belukar ini, akan tumbuh menjulang tinggi puluhan sengon raksasa. Dua puluh tahun lagi, saat kalian sudah besar, saat kalian mungkin tertarik membangun rumah di kampung kita, pohon-pohon ini siap dipergunakan”
Kami menatap Bapak terpesona, mulai mengerti.

“Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon...Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditana, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan. Kalian tidak mau seperti Bapak, bukan ? Tidak sekolah, tidak berpendidikan, tidak punya pohon raksasa yang dari pucuknya kalian bisa melihat betapa luas dunia. Menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang banyak. Kau akan memiliki kesempatan itu, Burlian, karena kau berbeda. Sejak lahir kau memang sudah spesial. Juga kau Pukat, karena kau anak yang pintar”
Bapak tersenyum, lembut menyentuh lengan kami. Aku dan Kak Pukat menelan ludah.

“Ayo tanam sebanyak yang kalian mau ! Kita tidak akan pulang sebelum seluruh kebun dipenuhi pohon sengon.” Bapak tertawa, menyerahkan dua pisau besar ke tangan kami 

Burlian (Serial anak-anak mamak) oleh Tere-Liye