3 July 2012

Burlian [Part 1]


“Sekolah itu seperti menanam pohon, Burlian, Pukat” Bapak tersenyum
Kami diam tidak berkomentar. Belum terlalu mengerti apa maksud Bapak.
......

“Bapak sengaja mengajak kalian, karena hari ini kita memang akan menanam pohon sengon. Ini kebun milik kalian, Burlian, Pukat. Dan besok lusa pohon-pohon sengin ini juga akan jadi milik kalian... Kalian lihat, Bapak sengaja tidak mengurus kebun ini lagi, membiarkan semak belukar tumbuh, karena duapuluh tahun lagi, di sela-sela semak belukar ini, akan tumbuh menjulang tinggi puluhan sengon raksasa. Dua puluh tahun lagi, saat kalian sudah besar, saat kalian mungkin tertarik membangun rumah di kampung kita, pohon-pohon ini siap dipergunakan”
Kami menatap Bapak terpesona, mulai mengerti.

“Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon...Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditana, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan. Kalian tidak mau seperti Bapak, bukan ? Tidak sekolah, tidak berpendidikan, tidak punya pohon raksasa yang dari pucuknya kalian bisa melihat betapa luas dunia. Menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang banyak. Kau akan memiliki kesempatan itu, Burlian, karena kau berbeda. Sejak lahir kau memang sudah spesial. Juga kau Pukat, karena kau anak yang pintar”
Bapak tersenyum, lembut menyentuh lengan kami. Aku dan Kak Pukat menelan ludah.

“Ayo tanam sebanyak yang kalian mau ! Kita tidak akan pulang sebelum seluruh kebun dipenuhi pohon sengon.” Bapak tertawa, menyerahkan dua pisau besar ke tangan kami 

Burlian (Serial anak-anak mamak) oleh Tere-Liye